Raden Abdul Jalil Lalam atau biasa dipanggil Sayyid Abdul Lalam, putra dari Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati yang menetap di Cirebon menikah dengan Dewi Hisah, putri Raden Jakandar dari Madura, dan memiliki dua keturunan, yaitu:
1. Raden Abdul Jalil Lalam
2. Dewi Sufiah
Raden Abdul Jalil Lalam
melanglang buana menimba ilmu. Beliau seorang yang sangat tertutup dan
sangat rendah hati. Dalam perjalanannya, Sayyid Abdul Lalam diambil
menantu oleh seorang ulama di Dusun Deppak.
Hingga pada suatu saat ulama
tersebut mengetahui bahwa Sayyid Abdul Lalam mempunyai kelebihan yaitu
jadzab atau helab yang lebih tinggi dibanding dirinya. Sehingga dia
merasa malu dan kemudian berpamitan untuk bertapa disuatu tempat, tetapi
dia tidak kembali sampai Sayyid Abdul Lalam wafat disana. Sehingga
Sayyid Abdul Lalam disebut Buju’ Deppak.
Pada saat itu dan di tempat itu pula terdapat ‘Langgar Tiban’
yaitu langgar yang sebelumnya berada di daerah Cirebon yang biasa
digunakan untuk menelaah kitab, serta tempat diadakannya rapat para
Sunan, pindah dengan sendirinya di Desa Embul, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang,
Madura disertai dengan hujan lebat dan angin kencang. Dan didalam
langgar tersebut juga terdapat kitab-kitab kuno. Setelah empat puluh
satu hari, datanglah masjid/langgar dengan sendirinya di Dusun Deppak,
sehingga diberi nama Masjid Deppak, masjid yang tidak diketahui
asal-usulnya.
Jarak antara Dusun Embul dengan
Dusun Deppak kira-kira seratus meter. Inilah kisah putra Sunan Gunung
Jati, yaitu Sayyid Abdul Lalam, Buju’ Deppak.
Silsilah
ini ditemukan di Langgar Tiban, Dusun Embul Kecamatan Torjun Kabupaten
Sampang, Madura. Dari keturunan (nasab) Sayyid Abdul Lalam keenam yaitu
Kyai Kamsidin yang dulunya adalah seorang ulama di Dusun Embul yang
kemudian diturunkan kepada Kyai Hasan Maukan Lor, Surabaya yang
merupakan keturunan ketujuh.