Pengasuh rubrik
bahtsul masail yang terhormat, sebelumnya kami mohon maaf karena
pertanyaan yang disampaikan ini cukup dasar, namun kami masih belum
mendapatkan kepastian jawabannya. Yang kami ingin tanyakan, apakah kita
(makmum) perlu membaca Al-Fatihah ketika shalat berjamaah? Atau apakah
sudah cukup dengan Fatihah-nya Imam? Bagaimana juga dengan ayat-ayat
Al-Qur’an lain yang dibaca setelah Al-Fatihah?
Saudara Susamto yang dimuliakan Allah.
Shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi tiap-tiap muslim/muslimah yang telah baligh, berakal dan tidak dalam kondisi Haidh, nifas atau wiladah. Kewajiban ini tentunya harus disertai dengan pengetahuan (ilmu) mengenai tata cara shalat agar ibadah yang dilakukan dapat dianggap sah.
Dalam pandangan Madzhab Syafi’i, membaca Surat al-Fatihah merupakan salah satu rukun shalat yang harus dibaca oleh setiap orang yang menjalankannya dalam tiap rekaat shalat. Kecuali bagi makmum masbuq (makmum yang tertinggal rekaat pertamanya dari imam), maka ia hanya mambaca sedapatnya saja (tidak harus utuh surat Fatihah-nya). Dan inilah yang dimaksudkan dengan ungkapan “Fatihah ditanggung imam”.
وَتَجِبُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ سَوَاءٌ الصَّلاَةُ السِّرِّيَّةُ وَالْجَهْرِيَّةُ وَسَوَاءٌ اْلإِمَامُ وَالْمَأْمُوْمُ وَالْمُنْفَرِدُ لِخَبَرِ الصَّحِيْحَيْنِ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Artinya: (Membaca al-Fatihah) wajib di setiap rakaat, baik shalat
dengan bacaan pelan (Zhuhur dan Ashar), ataupun keras (Maghrib, Isya’,
Subuh dan Jum’at), sebagai imam, makmum ataupun sendirian, sesuai dengan
hadis riwayat Bukhari Muslim: “Tidak sah shalat orang yang tidak
membaca al-Fatihah.”
Dengan demikian bagi makmum tetap harus membaca al-Fatihah dalam tiap rekaat shalatnya. Sementara mengenai bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca setelah membaca surat Fatihah hukumnya adalah sunnah (dianjurkan) sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih.
Semoga penjelasan ini mengantarkan kita untuk semakin rajin dalam menjaga ibadah shalat dan memenuhi berbagai syarat serta rukun yang telah digariskan. Amin.
Saudara Susamto yang dimuliakan Allah.
Shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi tiap-tiap muslim/muslimah yang telah baligh, berakal dan tidak dalam kondisi Haidh, nifas atau wiladah. Kewajiban ini tentunya harus disertai dengan pengetahuan (ilmu) mengenai tata cara shalat agar ibadah yang dilakukan dapat dianggap sah.
Dalam pandangan Madzhab Syafi’i, membaca Surat al-Fatihah merupakan salah satu rukun shalat yang harus dibaca oleh setiap orang yang menjalankannya dalam tiap rekaat shalat. Kecuali bagi makmum masbuq (makmum yang tertinggal rekaat pertamanya dari imam), maka ia hanya mambaca sedapatnya saja (tidak harus utuh surat Fatihah-nya). Dan inilah yang dimaksudkan dengan ungkapan “Fatihah ditanggung imam”.
Pertanyaan yang saudara sampaikian juga
pernah dibahas pada Muktamar NU ke-13 di Menes Pandeglang Banten tahun
1938. Referensi yang dijadikan acuan pada waktu itu adalah kitab Kasyifah as-Saja Syarah Safinah an-Naja karya Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi
وَتَجِبُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ سَوَاءٌ الصَّلاَةُ السِّرِّيَّةُ وَالْجَهْرِيَّةُ وَسَوَاءٌ اْلإِمَامُ وَالْمَأْمُوْمُ وَالْمُنْفَرِدُ لِخَبَرِ الصَّحِيْحَيْنِ: لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Dengan demikian bagi makmum tetap harus membaca al-Fatihah dalam tiap rekaat shalatnya. Sementara mengenai bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca setelah membaca surat Fatihah hukumnya adalah sunnah (dianjurkan) sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih.
Semoga penjelasan ini mengantarkan kita untuk semakin rajin dalam menjaga ibadah shalat dan memenuhi berbagai syarat serta rukun yang telah digariskan. Amin.